Sumber: YouTube |
Thanks to twitter! Berawal dari sebuah postingan dari akun
film yang menurut saya paling infoable, memberikan info tentang film pendek
@ponnysmasher (filmmaker asal Swedia) yang akan diangkat ke layar kaca Hollywood.
Kira-kira itu saya masih duduk di semester 5 (sekarang masuk semester 7) dan
kebetulan ada mata kuliah sinematografi.
Waktu itu saya lagi butuh inspirasi untuk membuat film
pendek. Alhasil, saya melihat semua karya-karya dari @ponysmasher. Mulai dari
Lights Out, Pictured, Not So Far, Coffer, Cam Closer, See You Soon sampai Attic
Panic. Kesan pertama yang muncul setelah melihat semua karya David F. Sandberg
adalah mengesankan. Kenapa? Karena dengan keterbatasan waktu tetapi tidak
meninggalkan cerita yang bermakna dan menimbulkan rasa suspense of disbelief. Bisa
diacungi jempol untuk film karya-karya David F. Sanberg ini.
Dan kesenangan pun berlanjut ketika salah satu film
@ponysmasher 'Lights Out' yang dibuat tahun 2013 naik ke layar kaca Hollywood
yang berkolaborasi dengan produser film The Conjuring, James Wan. Pada saat
itu, bisa dibayangkan mungkin film Lights Out akan memberikan atmosfer baru
film horor yang akan sukses menakuti penonton hingga menjerit sekeras-kerasnya
seperti yang dilakukan oleh The Conjuring. Terbukti, dengan melihat film
pendeknya saja membuat merinding ketakutan. Sehingga, saya tak sabar menyaksikannya
untuk versi film panjangnya.
Rebecca (diperankan oleh Teresa Palmer) nampaknya adalah gadis baik-baik tapi tidak sebaik
hubungannya dengan keluarganya, terutama sang ibu, Sophie (Maria Bello). Hubungannya menjadi
tidak baik semenjak ayah Rebecca pergi meninggalkannya tanpa sebab ditambah
sikap aneh Sophie yang ternyata mempunyai seorang teman ghaib alias tak kasat
mata. Rebecca pun meninggalkan Sophie.
Sumber: tribeca.ca |
Kedatangan Martin (diperankan oleh Gabriel Bateman), sang adik membuat hubungan Rebecca dan
Sophie pun mulai kembali terjalin. Alih-alih karena Martin setiap malam selalu
tidak bisa tidur nyenyak karena teman ghaib sang ibu, Diana yang selalu
menghantuinya di kala penerangan menjadi padam. Kejadian yang menimpa Martin,
seketika terulang kembali seperti yang dialami Rebecca di kala dirinya masih
kecil. Hantu itupun masih terus hinggap dan meneror keluarga Rebecca.
Dibantu dengan Bret (diperankan Alexander DiPersia, kekasih Rebecca), Rebecca dan Martin
menginginkan Sophie untuk sembuh dan memecahkan teror yang selama ini
dialaminya. Mulai dari mencari bukti masa lalu Sophie dan siapa sebenarnya
Diana itu. Teman masa kecil Sophie yang ternyata adalah salah satu pasien rumah
sakit jiwa dengan kelainan kulit yang aneh.
Menyimak perjuangan Rebecca dan Martin untuk menyelematkan
ibunya tentulah ini yang berhasil membuat para penonton terengah-engah akibat
jeritan-jeritan karena hantu yang muncul disaat tidak ada penerangan. Ketakutan yang diekploitasi dari
cerita film ini mulai dari horor hingga teror ditambah dengan audio-visual yang
mencekam sukses membawa penonton merasakan ketidaknyamanan dan ketakutan yang
berkali-kali lipat. Ditambah dengan jajaran para pemain yang memainkan karakter
dengan cukup bagus sehingga membangun atmosfer drama yang membantu menghidupkan
film ini lebih tegang dan terlihat spooky-creepy.
Mengutip dialog dari salah satu film yang diperankan oleh
Anna Kendrick, bahwa "Ending is the best scene in the whole movies".
Sempat kebayang bagaimana film pendek dibuat menjadi versi film panjang, tentu
ada penambahan segi cerita dan lain sebagainya bukan? Ada beberapa pendapat
menganggap bahwa ending dari Lights Out ini masih tidak bisa memuaskan hasrat
penonton untuk melihat hal yang lebih dari itu. Tetapi, tentu harus di
apresiasi si Sandberg ini, berawal dari karyanya dengan skala kecil hingga
masuk ke skala yang lebih besar itu adalah prestasi yang luar biasa dan masih
tetap disutradarai oleh Sandberg pula. Dan menurut saya, Lights Out menjawab
apa yang sudah saya tunggu-tunggu setelah apa yang saya lihat lewat versi film
pendeknya. Ini adalah karya Sanberg jadi ending itu pula sepenuhnya menjadi hak
dari Sanberg, yang terpenting film tersebut sukses membawa penonton merasakan
imajinasi dari rasa takutnya sehingga menimbulkan rasa suspense of disbelief tadi.
Melihat ending dari Lights Out, saya berasumsi bahwa
sesuatu yang terlihat mustahil, tak kasat mata atau tidak ada bahkan tidak
wajar muncul dari apa yang kita pikirkan. Diana muncul dari pikiran Sophie yang
mengira bahwa Diana masih hidup. Namun, nyatanya Diana sudah mati. Kata AS
Laksana, pikiran kita adalah bak taman bunga maka tetaplah menyirami selalu
agar tidak ada hama yang merusak taman bunga kita.
Overall, Lights Out very spooky-creepy. Sanberg and Lotta
kill it! I wonder if "Pictured" (which my favorite so far) also going
to cinema. It'll be spectacular. 8/10
Arie Nr.
keren banget reviewnya kak
BalasHapusjenis jenis bumbu dapur